- Dimulai dengan niat yang benar untuk melakukan amal-amal shalih . Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang ia niatkan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa mendatangi tempat tidurnya (tidur) dengan niat agar dapat melakukan shalat di malam hari, lalu matanya mengalahkannya (tidak bangun) hingga Shubuh, maka dituliskan baginya pahala yang ia niatkan. Dan tidurnya menjadi shadaqah baginya dari Rabb-nya.” Oleh karena itu, niatkanlah dengan benar perbuatan-perbuatan yang mubah –seperti makan, tidur, berpakaian, dan lain-lain– agar bernilai ibadah. Ibnu Rajab rahimahullaah berkata, “Manakala seorang mukmin memenuhi keinginan syahwatnya yang mubah dengan niat takwa maka hal itu menjadi ketaatan yang berpahala, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, ‘Sesunguhnya aku mengharapkan pahala dari tidurku sebagaimana aku mengharapkan pahala dari shalat malamku.’ Hal ini masuk ke dalam firman Allah Ta’ala : “Katakanlah : ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tidak ada ssekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah ).” (QS. Al-An’aam : 162-163)
- Berdakwah agar orang lain mendapat hidayah, menunjukan kebaikan dan merintis jalan-jalan kebaikan (agar dikuti oleh mereka). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan ssebab (ajakan) engkau, maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya yang menunjukkan kepada kebaikan seperti orang yang mengerjakan kebaikan tersebut.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa merintis suatu jalan kebaikan (kebiasaan yang baik) yang diamalkan orang sepeninggalnya, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan yang semisal dengan pahala mereka (orang-orang yang mengamalkan kebaikan itu) tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka itu.”
- Mendidik anak agar menjadi anak yang shalih yang akan mendo’akan Anda. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam besabda : “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuskanlah amalnya kecuali tiga macam : 1) Shadaqah jariyah, 2) Ilmu yang dimanfaatkan, dan 3) Anak shalih yang selalu mendo’akan nya.”
- Mengkaji ilmu agama. “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju Surga.” Diriwayatkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa berpagi-pagi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali hendak mempelajari kebaikan, atau mengajarkannya, maka beginya seperti pahala haji yang sempurna dikerjakannya.”
- Berdo’a untuk saudaranya sesame muslim dan beristighfar untuk mereka. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa memohonkan ampun bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan untuk setiap orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan (yang ia do’akan).
- Taubat dari dosa dan menangis karena takut kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqaan : 70) Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyal menangis.” Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua mata, yang keduanya tidak akan tersentuh Neraka : 1)Mata yang menangis karena takut kepada Allah, 2)Mata yang di malam hari berjaga-jaga (dari musuh) di jalan Allah. Untuk lebih lanjut, klik disini
Jumat, 10 Mei 2013
AMALAN HARIAN SEORANG MUSLIM
Senin, 06 Mei 2013
Kisah Nabi Muhammad SAW Menjelang Ajal
Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.
'Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" -
"Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.
Tata Cara Berwudhu sesuai Sunnah Rasulullah SAW beserta gambarnya
Kedudukan wudhu dalam sholat Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu merupakan syarat sah sholat, yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut. Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, « لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ » “Tidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhu”. Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita dalam KitabNya, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6). Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Pengertian wudhu Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan, wudhu untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan memperindahnya. Sedangkan pengertian menurut istilah dalam syari’at, wudhu adalah peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla dengan mencuci empat anggota wudhu dengan tata cara tertentu. Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan mulai pembahasan tentang syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara ringkas. Untuk lebih lanjut,klik disini
Langganan:
Postingan (Atom)